Sunday, June 10, 2012

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK


Definisi
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar cavum uterus. Implantasi dapat terjadi di tuba falopi, ovarium, serviks, dan abdomen. Namun kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba falopi. (Murria, 2002)

Ethiologi
Sebagian besar penyebab tidak diketahui. Kemungkinan faktor yang memegang peranan adalah sebagai berikut.
1.      Faktor dalam lumen endosalfingitis, hipoplasia, lumen tuba
2.      Faktor dinding lumen tuba: endometriosis tuba, diventrikel tuba kongenital
3.      Faktor di luar dinding lumen tuba: perlengketan pada tuba, tumor
4.      Faktor lain : migrasi luar ovum, fertilisasi in vitro

Manifestasi klinis
1.      Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu tidak khas. Pada umumnya ibu menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda dan mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vaginal, uterus membesar dan lembek, walaupun mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan bimanual.
2.      Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda dari perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapat gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosisnya
3.      Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan insensitas yang kuat disertai dengan perdarahn yang menyebabkan ibu pingsan dan masuk ke dalam syok
4.      Perdarahan per vaginam merupakan salah satu tanda penting yang kedua pada kehamilan ektopik terganggu (KET). Hal ini menunjukkan kematian janin
5.      Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik. Lamanya amenore bergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi.

Penatalaksanaan
Pada umumnya dilakukan laparotomi. Dalam tindakan demikian, beberapa hal harus  diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu sebagai berikut:
1.      Kondisi ibu saat itu
2.      Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya
3.      Lokasi kehamilan ektopik
4.      Kondisi anatomis oragn pelvis
5.      Kemampuan teknik bedah mikro dokter
6.      Kemampuan teknologi fertilisasi in vitro setempat
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apabila kondisi ibu buruk misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektopik di parsampularis tuba yang belum pecah biasanya ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan.

Asuhan keperawatan
Pengkajian
1.      Menstruasi terakhir
2.      Adanya bercak darah yang berasal dari vagina
3.      Nyeri abdomen: kejang, tumpul
4.      Jenis kontrasepsi
5.      Riwayat gangguan tuba sebelumnya
6.      Tanda-tanda vital
7.      Tes laboratorium: Ht dan Hb menurun

Diagnosis keperawatan
1.      Defisit volumen cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek tindakan pembedahan
2.      Nyeri berhubungan dnegan ruptur tuba falopi, perdarahan intraperitoneal
3.      Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahan aatau tidak mengenal sumber-sumber informasi

Intervensi keperawatan
1.      Diagnosa 1 : Defisit volumen cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek tindakan pembedahan
Kriteria hasil : ibu menunjukkan kestabilan/perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh TTV stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, serta frekuensi serta berat jenisa urine adekuat
Intervensi :
Mandiri :
1.      Evaluasi, laporkan, serta catat jumlah dan sifat kehilangan darah, lakukan perhitungan pembalut, kemudian timbang pembalut
R/: perkirakan kehilangan darah membantu membedakan diagnosis. Setiap gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah
2.      Lakukan tirah baring, instruksikan ibu untuk menghindari valsava manufer dan koitus
R/: perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme dapat merangsang perdarahan
3.      Posisikan ibu dengan tepat terlentang dengan panggul ditinggikan atau posisi semifowler
R/: menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak, peninggian penggul menghindari kompresi vena kava. Posisi semifowler memungkinkan janin bertindak sebagai tampon
4.      Catat TTV, pengisian kapiler pada dasar kuku, warna membran mukosa atau kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentral bila ada
R/: membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun sianosis dan perubahan pada tekanan darah dan nadi adalah tanda tanda lanjut dari kehilangan volume sirkulasi
5.      Pantau aktivitas uterus, status janin dan adanya nyeri tekan pada abdomen
R/: membantu menentukan sifat hemoragic dan kemungkina akibat dari peristiwa hemoragi
6.      Hindari pemeriksaan rektal atau vagina
R/: dapat meningkatkan hemoragi
7.      Pantau masukan/keluaran cairan. Dapatkan sampel urine setiap jam ukur berat jenis
R/: menentukan luasnya kehilangan cairan dan menunjukan perfusi ginjal
8.      Auskultasi bunyi napas
R/: bunyi napas adventitus menunjukkan ketidak tepatan / kelebihan pergantian
9.      Simpan jaringan atau hasil konsepsi yang keluar
R/: dokter perlu mengevaluasi kemungkinan retensi jaringan, pemeriksaan histologi mungkin diperlukan
Kolaborasi
1.      Dapatkan pemeriksaan darah cepat: HDL jenis dan pencocokan silang, titer Rh, kadar fibrinogen, hitung trombosit, APTT dan kadar LCC
R/: menentukan jumlah darah yang hilang dan dapat memberikan informasi mengenai penyebab harus dipertahankan diatas 30% untuk mendukung transpor oksigen dan nutrien
2.      Pasang kateter
R/: haluaran kurang dari 30 ml/jam menandakan penurunan perfusi ginjal dan kemungkinan terjadinya nekrosis tubuler. Keluaran yang tepat ditentukan oleh derajat defisit individual dan kecepatan penggantian
3.      Berikan larutan intravena, eksplander plasma, darah lengkap, atau sel-sel kemasan sesuai indikasi
R/: meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejal-gejala syok
2.      diagnosis 2: Nyeri berhubungan dnegan ruptur tuba falopi, perdarahan intraperitoneal
kriteria hasil : TTV normal, ibu tidak meringis, nyeri berkurang
intervensi :
mandiri
a.      Tentukan sifat, lokasi dan waktu nyeri serta kaji kontraksi uterus hemoragi atau nyeri tekan abdomen
R/: membantu dalam mendiagnosis dan menentukan tindakan yang akan dilakukan
b.      Kaji stress psikologis ibu/ pasangan dan respons emosional terhadap kejadian
R/: ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat ketidak nyamanan karena sindrom ketegangan, ketakutan dan nyeri.
c.       Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk menurunkan rasa nyeri, instruksikan klien untuk menggunakan metode relaksasi
R/: dapat membantu dalam menurunkan tingkat ansietas
d.      Kolaborasi : dengan pemberian narkotik atau sedatif yaitu obat-obat praoperatif bila prosedur pembedahan diindikasikan
R/: meningkatkan kenyamanan, menurunkan risiko komplikasi pembedahan
e.      Siapkan untuk prosedur bedah bila terdapat infeksi
R/: tindakan terhadap penyimpangan dasar menghilangkan nyeri

DAFTAR PUSTAKA:
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba medika
Persis, Mary. 1995. Dasar –dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Doenges, M. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke-3. Jakarta : EGC

No comments:

Post a Comment